Istilah manajemen sumber daya manusia menurut satu ahli dengan ahli yang lain sangatlah bervariasi. Dari pendapat para ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah kegiatan meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan semua unsur yang menjadi kekuatan atau daya manusia untuk dipergunakan memenuhi kebutuhan dalam rangka mencapai tujuan.
Sejarah Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari manajemen pada umumnya. Di Indonesia masalah sumber daya manusia baru mulai diperhatikan lebih serius pada tahun 1970-an. Hal ini dibuktikan dengan munculnya Undang-undang tentang tenaga kerja, peraturan upah minum, kesejahteraan pegawai dan sebagainya.
Dalam setiap kegiatan atau aktivitas organisasi dari waktu ke waktu selalu timbul masalah–masalah. Untuk mengatasi masalah–masalah yang timbul ada beberapa pendekatan sesuai dengan periodenya. Ada tiga pendekatan dalam menangani masalah sumber daya manusia, antara lain: (1) Pendekatan Mekanis. (2) Pendekatan Paternalisme, dan (3) Pendekatan Sistem Sosial.
Dalam pendekatan mekanis, apabila ada permasalahan yang berhubungan dengan tenaga kerja, maka unsur manusia dalam organisasi disamakan dengan faktor produksi lain, sehingga pimpinan perusahaan cenderung menekan pekerja dengan upah yang minim sehingga biaya produksi rendah. Pandangan pendekatan ini menunjukkan sikap bahwa tenaga kerja harus di kelompokkan sebagai modal yang merupakan faktor produksi. Dengan hal ini maka di usahakan untuk memperoleh tenaga kerja yang murah namun bisa di manfaatkan semaksimal mungkin dan memperoleh hasil yang lebih besar untuk kepentingan pemberi kerja.
Pendekatan Paternalisme merupakan suatu konsep yang menganggap manajemen sebagai pelindung terhadap karyawan, berbagai usaha telah dilakukan oleh pimpinan perusahaan supaya para pekerja tidak mencari bantuan dari pihak lain.
Pendekatan Sistem Sosial memandang Manajemen Sumber Daya Manusia atau personalia merupakan proses yang kompleks. Dengan kekomplekan kegiatan manajemen Sumber Daya Manusia, maka pimpinan perusahaan mulai mengarah pada pendekatan yang lain yaitu pendidikan sistem sosial yang merupakan suatu pendekatan yang dalam pemecahan masalah selalu memperhitungkan faktor-faktor lingkungan. Setiap ada permasalahan, maka diusahakan dipecahkan dengan sebaik mungkin dengan resiko yang paling kecil, baik bagi pihak tenaga kerja maupun pemberi kerja.
Dalam prakteknya fungsi operasional Manajemen sumber daya manusia meliputi: (a) perencanaan tenaga kerja, yaitu upaya untuk merencanakan jumlah dan jenis tenaga kerja yang tepat untuk memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan guna mencapai tujuan organisasi ini. Fungsi ini mulai analisis pekerjaan, rekrutmen, penempatan sampai pada orientasi pekerjaan. (b) pengembangan tenaga kerja, yaitu suatu kondisi yang menunjukkan adanya peningkatan–peningkatan kualitas tenaga kerja sehingga dapat mengurangi ketergantungan organisasi untuk menarik karyawan baru. (c) penilaian prestasi kerja, yaitu salah satu aspek yang penting dalam pengelolaan sumber daya manusia. Dengan adanya penilaian prestasi kerja, maka dapat diketahui karyawan yang mempunyai prestasi kerja yang baik maupun yang kurang. Hal ini akan berdampak pada pemberian kompensasi. (d) Pemberian kompensasi, dimana fungsi pemberian kompensasi meliputi kegiatan pemberian balas jasa kepada para karyawan. Kegiatan disini meliputi penentuan sistem kompensasi yang mampu mendorong prestasi karyawan, dan juga menentukan besarnya kompensasi yang akan diterima oleh masing–masing pekerja secara adil. (e) Pemeliharaan tenaga kerja ada pelaksanaan aspek ekonomis dan non ekonomis yang diharapkan dapat memberikan ketenangan kerja dan konsentrasi penuh bagi pekerja guna menghasilkan prestasi kerja yang di harapkan oleh organisasi. Aspek ekonomis berhubungan dengan pemberian kompensasi yang berupa gaji dan bonus yang sebanding dengan hasil kerjanya. Aspek non ekonomis berupa adanya jaminan kesehatan, kesejahteraan dan keamanan serta kenyamanan dalam bekerja.
Sumber Daya Manusia (SDM) adalah faktor sentral dalam suatu organisasi. Apapun bentuk serta tujuannya, organisasi dibuat berdasarkan berbagai visi untuk kepentingan manusia dan dalam pelaksanaan misinya dikelola dan diurus oleh manusia. Jadi, manusia merupakan faktor strategis dalam semua kegiatan institusi/organisasi. Selanjutnya, MSDM berarti mengatur, mengurus SDM berdasarkan visi perusahaan agar tujuan organisasi dapat dicapai secara optimum. Karenanya, MSDM juga menjadi bagian dari Ilmu Manajemen (Management Science)yang mengacu kepada fungsi manajemen dalam pelaksanaan proses-proses perencanaan, pengorganisasian,staffing, memimpin dan mengendalikan.
Peran strategis SDM dalam organisasi bisnis dapat dielaborasi dari segi teori sumber daya, di mana fungsi perusahaan adalah mengerahkan seluruh sumber daya atau kemampuan internal untuk menghadapi kepentingan pasar sebagai faktor eksternal utama. Sumber daya sebagaimana disebutkan di atas, adalah SDM strategis yang memberikan nilai tambah (added value) sebagai tolok ukur keberhasilan bisnis. Kemampuan SDM ini merupakan competitive advantage dari perusahaan. Dengan demikian, dari segi sumber daya, strategi bisnis adalah mendapatkan added value yang maksimum yang dapat mengoptimalkan competitive advantage.Adanya SDM expertise: manajer strategis (strategic managers) dan SDM yang handal yang menyumbang dalam menghasilkan added value tersebut merupakan value added perusahaan. Value added adalah SDM strategis yang menjadi bagian dari human capital perusahaan.
A. Pengertian
Manajemen Sumber Daya Manusia
Manajemen
sumber daya manusia merupakan bagian dari ilmu manajemen yang memfokuskan
perhatiannya pada pengaturan peranan sumber daya manusia dalam kegiatan suatu
organisasi.
Manajemen
sumber daya manusia (human resources management) berbeda dengan manajemen
personalia (personnel management). Manajemen sumber daya manusia
menganggap bahwa karyawan adalah kekayaan (asset) utama organisasi yang harus
dikelola dengan baik, jadi MSDM sifatnya lebih strategis bagi organisasi dalam
mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan manajemen personalia
menganggap karyawan sebagai salah satu faktor produksi yang harus dimanfaatkan
secara produktif, atau manajemen personalia lebih menekankan pada sistem dan
prosedur.
Beberapa
pakar MSDM memberikan pandangan yang beragam tentang MSDM. Schuler, Dowling,
Smart dan Huber (1992: 16), menyatakan bahwa: Human resources management
(HRM) is the recognition of the importance of an organization’s workforce as
vital human resources contributing to the goals of the organization, and the
utilization of several functions and activities to ensure that they are used
effectively and fairly for the benefit of the individual the organization, and
society.
Pernyataan
tersebut menegaskan bahwa manajemen sumber daya manusia memberikan pengakuan
tentang pentingnya tenaga kerja organisasi sebagai sumber daya manusia utama
yang memberi kontribusi bagi pencapaian tujuan-tujuan organisasi serta
memberikan kepastian bahwa pelaksanaan fungsi dan kegiatan organisasi
dilaksanakan secara efektif dan adil bagi kepentingan individu, organisasi, dan
masyarakat.
Karena
pentingnya peran SDM dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan organisasi maka
pengelolaan sumber daya manusia harus memperhatikan beberapa aspek seperti
aspek staffing, pelatihan dan pengembangan, motivasi dan pemeliharaannya yang
secara lebih mendetail dikemukakan oleh De Cenzo and Robbins (1996:8),
menyatakan bahwa: “human resources management is the part of the
organization that is concerned with the “people” or human resources aspect of
management position, including recruiting, screening, training, rewarding, and
appraising”.
Karena
mengelola SDM merupakan suatu sistem maka beberapa aspek yang menjadi perhatian
di atas dalam pelaksanaannya harus saling bergantung (bersinergi) satu sama
lain jangan merupakan aktivitas yang berjalan sendiri-sendiri seperti
dikemukakan oleh Werther and Davis (1996:18), menyatakan bahwa: “Human
resources management is a system that consists of many interdependent
activities. This activities do not occur in isolation virtually every one
affects another human resources activity”. Dan karena setiap aktivitas yang
bersinergi tersebut merupakan pelaksanaan dari setiap keputusan yang diambil
maka MSDM itu pada dasarnya merupakan integrasi keputusan yang membentuk
hubungan antar karyawan. Kualitas sinergi mereka memberikan kontribusi terhadap
kemampuan SDM dan organisasi dalam mencapai tujuan.
Seperti
dikemukakan oleh Milkovich and Boudreau (1997:2), mendefinisikan bahwa “human
resources management is series of integrated decisions that form the
employment relationship, their quality directly contributes to the ability of
the organization and the employees to achieve their objectives”.
Secara
ringkas pernyataan para pakar di atas pada dasarnya menyatakan MSDM itu
merupakan penggunaan SDM untuk mencapai tujuan organisasi seperti dikemukakan
Mondy, Noe and Premeaux (1999:4), mengemukakan bahwa “Human resources
management (HRM) is the utilization of human resources to achieve
organizational objectives”. Definisi tersebut menyatakan bahwa manajemen sumber
daya manusia adalah pemanfaatan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan
organisasi.
Adapun
pemanfaatan SDM tersebut harus didasarkan kepada program dan kebijakan yang
diambil seperti dikemukakan oleh Haris (2000:4) menyatakan bahwa “Human
resources management as programs, policies, and practices for managing an
organization’s work force”.
Pengertian
manajemen sumber daya manusia menurut para pakar tersebut di atas dapat
disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah serangkaian kegiatan
pengelolaan sumber daya manusia yang memusatkan kepada praktek dan kebijakan,
serta fungsi-fungsi manajemen untuk mencapai tujuan organisasi.
B.
Sejarah Perkembangan Manajemen Sumber Daya Manusia
Sejarah
Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
manajemen pada umumnya. Sebelum permulaan abad kedua puluh manusia
dipandang sebagai barang, benda mati yang dapat diperlakukan sekehendak kali
oleh majikan. Manusia tidak dihargai karena dianggap sebagai salah satu faktor
produksi yang disamakan dengan mesin, uang dan sebagainya. Majikan lebih
mementingkan atau memberikan perhatian pada sumber daya alam dari pada sumber
daya manusia. Hal ini dikarenakan pada masa tersebut manusia masih banyak yang
belum mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang memadai, sehingga penghargaan
pada manusia masih rendah dipicu pula jumlah tenaga kerja yang berlebihan,
padahal lapangan kerja sangat sedikit.
Dalam
perkembangan selanjutnya perhatian terhadap faktor manusia sebagai sumber daya
manusia jauh lebih besar. Hal ini disebabkan oleh 5 faktor yaitu:
Perkembangan
pengetahuan manajemen yang dipelopori oleh Taylor.
Kekurangan
tenaga kerja pada perang dunia I bagi negara-negara yang terlibat peperangan. Kemajuan yang dicapai serikat-serikat pekerja.
Semakin
meningkatnya campur tangan pemerintah dalam hubungan antara majikan dan buruh.
Akibat
depresi besar tahun 1930.
Adanya
ke-lima faktor di atas, pada sekitar tahun 1950-an para ahli mengkaji kembali
pentingnya peranan sumber daya manusia dalam kegiatan organisasi.
Di
Indonesia masalah sumber daya manusia baru mulai diperhatikan lebih serius pada
tahun 1970-an. Hal ini dibuktikan dengan munculnya Undang-undang tentang tenaga
kerja, peraturan upah minum, Kesejahteraan pegawai dan sebagainya.
Dalam
arah pembangunan jangka panjang kedua disebutkan bahwa melalui upaya
pembangunan, potensi sumber daya Nasional diarahkan menjadi kekuatan ekonomi,
sosial budaya, politik dan pertahanan keamanan yang nyata, didukung oleh sumber
daya manusia yang berkualitas yang memiliki kemampuan memanfaatkan, mengembangkan
dan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemampuan manajemen. Sumber
daya manusia termasuk pemuda dan wanita, sebagai penggerak pembangunan nasional
dipadukan aspirasi, peranan dan kepentingannya ke dalam gerak pembangunan
bangsa melalui peran serta aktif dalam seluruh kegiatan pembangunan.
Titik
berat pembangunan jangka panjang kedua diletakkan pada bidang ekonomi yang
merupakan penggerak utama pembangunan, seiring dengan kualitas sumber daya
manusia dan didorong secara saling memerlukan, saling terkait dan terpadu
dengan pembangunan bidang-bidang lainnya yang dilaksanakan seirama, selaras,
dan serasi dengan keberhasilan pembangunan bidang ekonomi dalam rangka mencapai
tujuan dan sasaran pembangunan nasional.
Sampai
saat ini peningkatan kualitas sumber daya masih terus dilakukan, karena
meskipun suatu negara tidak mempunyai keunggulan komparatif yang baik, namun
mempunyai keunggulan kompetitif, maka negara tersebut bisa lebih bersaing
dengan negara lain, contohnya Jepang. Sumber daya alam yang dipunyai sangatlah
minim, akan tetapi sumber daya manusia yang dimiliki sangatlah berkualitas, hal
ini dapat menempatkan Jepang sebagai negara maju di dunia. Untuk itulah negara
Indonesia yang sudah mempunyai keunggulan komparatif, harus selalu digalakkan
tentang peningkatan kualitas sumber daya manusianya agar tidak ketinggalan
negara-negara lain.
C.
Pendekatan Manajemen Sumber Daya Manusia
Dalam
setiap kegiatan atau aktivitas organisasi dari waktu ke waktu selalu timbul
masalah-masalah. Untuk mengatasi masalah–masalah yang timbul ada beberapa
pendekatan sesuai dengan periodenya. Maksudnya pendekatan yang lebih akhir
menunjukkan lebih baru ditinjau dari segi waktunya. Namun sampai sekarang pun
masih ada pimpinan perusahaan yang menggunakan pendekatan lama dalam mengatasi
permasalahan. Di bawah ini dikemukakan tiga pendekatan: (1) Pendekatan Mekanis.
(2) Pendekatan Paternalisme, dan (3) Pendekatan Sistem Sosial.
1.
Pendekatan Mekanis (klasik)
Perkembangan
di bidang Industri dengan penggunaan mesin–mesin dan alat–alat elektronika
membawa kemajuan yang sangat pesat dalam efisiensi kerja.
Dalam
pendekatan mekanis, apabila ada permasalahan yang berhubungan dengan tenaga
kerja, maka unsur manusia dalam organisasi disamakan dengan faktor produksi
lain, sehingga pimpinan perusahaan cenderung menekan pekerja dengan upah yang
minim sehingga biaya produksi rendah. Pandangan pendekatan ini menunjukkan
sikap bahwa tenaga kerja harus dikelompokkan sebagai modal yang merupakan
faktor produksi. Dengan hal ini maka di usahakan untuk memperoleh tenaga kerja
yang murah namun bisa di manfaatkan semaksimal mungkin dan memperoleh hasil
yang lebih besar untuk kepentingan pemberi kerja. Pendekatan ini cukup
dominan di negara–negara industri barat sampai dengan tahun 1920 – an.
2. Pendekatan
Paternalisme (Paternalistik)
Dengan
adanya perkembangan pemikiran dari para pekerja yang semakin maju dari para
pekerja, yang menunjukkan mereka dapat melepaskan diri dari ketergantungan
manajemen / maka pimpinan perusahaan mengimbangkan dengan kebaikan untuk para
pekerja.
Paternalisme
merupakan suatu konsep yang menganggap manajemen sebagai pelindung
terhadap karyawan, berbagai usaha telah dilakukan oleh pimpinan perusahaan
supaya para pekerja tidak mencari bantuan dari pihak lain. Pendekatan ini mulai
hilang pada waktu periode tahun 1930–an.
3.
Pendekatan Sistem Sosial (Human Relation)
Manajemen
Sumber Daya Manusia atau personalia merupakan proses yang kompleks. Dengan
kekomplekan kegiatan manajemen Sumber Daya Manusia, maka pimpinan perusahaan
mulai mengarah pada pendekatan yang lain yaitu pendidikan sistem sosial yang
merupakan suatu pendekatan yang dalam pemecahan masalah selalu memperhitungkan
faktor – faktor lingkungan. Setiap ada permasalahan, maka diusahakan dipecahkan
dengan sebaik mungkin dengan resiko yang paling kecil, baik bagi pihak tenaga
kerja maupun pemberi kerja.
D.
Fungsi Operasional Manajemen Sumber Daya Manusia
Implementasi
manajemen sumber daya manusia tergantung kepada fungsi operasional MSDM itu
sendiri. Beberapa pakar memberikan fungsi yang bervariasi tentang MSDM seperti
yang dikemukakan oleh Flippo (1984), terdiri dari: (1) Procurement, (2)
Development, (3) Compensation, (4) Integration, (5) Maintenance, (6)
Separation.
De Cenzo
and Robbins (1996), menyatakan bahwa fungsi manajemen sumber daya manusia
terdiri dari: (1) Staffing: strategic human resources, recruiting, and
selection; (2) Training and development: orientation, employee training,
employee development and career development;(3) Motivation: Motivation theories
and the job design, performance appraisal, rewards and compensation, employee
benefit; (4) Maintenance: safety and health, communication, employee relation.
Lebih
jauh Milkovich and Boudreau (1997) berpendapat sama, bahwa fungsi manajemen
sumber daya manusia mencakup: (1) Staffing: recruiting, selection,
separations and diversity; (2) Training and development: careers,
continuous learning, and mentoring; (3) Compensation : Base pay
on markets, pay for performance, benefit/non financial; (4) Employee
relations: communications, grievance/dispute resolution, union relations,
safety and health; (5) Work structure: job analysis, teams, performance
management, and employee involvement.
Pendapat
lain muncul dari Gomes-Meija, David Balkin and Robert Cardy (1998), menyatakan
bahwa fungsi manajemen sumber daya manusia terdiri dari staffing,
recruiting and socializing employees. (1) Managing
employee separation, downsizing, and
outplacement. (2) Employee development appraisal and
managing performance, training the work force, development
careers. (3) Compensation managing compensation,
rewarding performance, designing and administering benefit. Government
developing employee relation and
communications, (4) Respecting employee right and
managing discipline, working with organized labour, managing workplace safety
and health, meeting the international human resources
management challenge.
Lebih
lanjut Mondy, Noe and Premeaux (1999:6) menyatakan bahwa fungsi manajemen
sumber daya manusia meliputi lima fungsi area yaitu :
(1) Human resources planning, recruitment and
selection; (2) Human resources
development, (3) Compensation and
benefit; (4) Safety and health;(5) Employee
and labor relation.
Harris
(2000), menyatakan bahwa fungsi manajemen sumber daya manusia mencakup :
(1) Planning, (2) Staffing, (3)Evaluating and
compensating, (4) Improving, (5) Maintaining
effective employer-employee relationships.
Dessler
(2000) mendefinisikan fungsi manajemen sumber daya manusia terdiri dari :
(1) Recruitment and placement-job
analysis, (2) Personal planning and
recruiting, (3) Employee testing and selection,
interviewing candidate. (4) Training and
development-training and developing employees, (5) Managing
organizational renewal, (6) Appraising performance, managing
career and fair treatment..
Berdasarkan
pendapat para ahli di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi operasional
Manajemen sumber daya manusia meliputi :
1.
Perencanaan Tenaga Kerja
Perencanaan
tenaga kerja merupakan operasi dari manajemen sumber daya manusia. Dengan
perencanaan tenaga kerja dimaksudkan ada upaya untuk merencanakan jumlah
dan jenis tenaga kerja yang tepat untuk memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan guna
mencapai tujuan organisasi ini. Fungsi ini mulai Analisis pekerjaan, rekrutmen,
penempatan sampai pada orientasi pekerjaan.
Kegiatan
rekrutmen atau penarikan sumber daya manusia bertujuan agar organisasi dapat
memperoleh sumber daya manusia sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan. Aplikasi
kegiatan ini adalah dengan adanya seleksi yang dilakukan untuk dapat mengetahui
sejauh mana pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh tenaga kerja.
Apabila sudah memenuhi syarat, maka tenaga kerja tersebut dapat ditempatkan
sesuai dengan keahliannya masing-masing.
2.
Pengembangan Tenaga Kerja
Pengembangan
tenaga kerja merupakan suatu kondisi yang menunjukkan adanya
peningkatan–peningkatan kualitas tenaga kerja sehingga dapat mengurangi
ketergantungan organisasi untuk menarik karyawan baru. Adapun tujuan
pengembangan Sumber Daya Manusia diarahkan untuk merubah Sumber Daya Manusia
yang potensial tersebut menjadi tenaga kerja yang produktif, serta mampu dan
terampil sehingga menjadi efektif dan efisien dalam mencapai tujuan
organisasi.
Pengembangan
tenaga kerja dapat dilakukan dengan mengadakan pendidikan dan latihan yang
rutin, promosi dan mutasi. Pendidikan dan latihan dilakukan agar tenaga
kerja dapat selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Promosi dapat digunakan untuk cara pengembangan tenaga kerja, karena promosi
merupakan perpindahan karyawan ke jenjang yang lebih tinggi. Sementara mutasi
adalah perpindahan karyawan dari satu unit ke unit yang lain tanpa merubah
jenjang yang ada. Adanya mutasi ini diharapkan karyawan mempunyai multi skill.
Adanya
pengembangan tenaga kerja, baik melalui pendidikan dan latihan,
promosi maupun mutasi akan dapat memotivasi karyawan untuk mempunyai
kinerja yang baik sehingga dalam penilaian prestasi kerja dapat maksimal.
3.
Penilaian Prestasi Kerja
Penilaian
prestasi kerja merupakan salah satu aspek yang penting dalam pengelolaan sumber
daya manusia. Dengan adanya penilaian prestasi kerja, maka dapat diketahui
karyawan yang mempunyai prestasi kerja yang baik maupun yang kurang. Hal ini
akan berdampak pada pemberian kompensasi.
4.
Pemberian Kompensasi
Fungsi
pemberian kompensasi meliputi kegiatan pemberian balas jasa kepada para
karyawan. Kompensasi ini dapat berupa finansial maupun non finansial. Kegiatan
disini meliputi penentuan sistem kompensasi yang mampu mendorong prestasi
karyawan, dan juga menentukan besarnya kompensasi yang akan diterima oleh
masing–masing pekerja secara adil.
5.
Pemeliharaan Tenaga Kerja
Di dalam
pemeliharaan tenaga kerja ada pelaksanaan aspek ekonomis dan non ekonomis yang
diharapkan dapat memberikan ketenangan kerja dan konsentrasi penuh bagi pekerja
guna menghasilkan prestasi kerja yang di harapkan oleh organisasi. Aspek
ekonomis berhubungan dengan pemberian kompensasi yang berupa gaji dan bonus
yang sebanding dengan hasil kerjanya. Aspek nonekonomis berupa adanya
jaminan kesehatan, kesejahteraan dan keamanan serta kenyamanan dalam bekerja.
Adanya kegiatan pemeliharaan tenaga kerja yang memadai akan memperkecil adanya
konflik antara tenaga kerja dengan pemberi kerja.
Dalam
pemeliharaan sumber daya manusia ada beberapa yang perlu dikaji antara lain
tentang kepuasan kerja karyawan, pengelolaan konflik, motivasi karyawan dan
komunikasi yang terjadi dalam organisasi.
6.
Pemberhentian
Pemberhentian
adalah fungsi operatif terakhir manajemen sumber daya manusia. Fungsi
pemberhentian harus mendapat perhatian yang serius dari manajer SDM karena
telah diatur oleh undang-undang dan mengikat bagi perusahaan maupun karyawan.
Istilah pemberhentian atau separation, pemisahan adalah putusnya hubungan kerja
seseorang dari organisasi (perusahaan) yang disebabkan oleh keinginan karyawan,
keinginan organisasi, pensiun, aatau sebab-sebab lain yang diatur oleh
undang-undang.
E. Peran
Strategis Manajemen Sumber Daya Manusia
Sumber
Daya Manusia (SDM) adalah faktor sentral dalam suatu organisasi. Apapun bentuk
serta tujuannya, organisasi dibuat berdasarkan visi untuk kepentingan manusia
dan dalam pelaksanaan misinya dikelola dan diurus oleh manusia. Jadi, manusia
merupakan faktor strategis dalam semua kegiatan institusi/organisasi.
Selanjutnya, MSDM berarti mengatur, mengurus SDM berdasarkan visi perusahaan
agar tujuan organisasi dapat dicapai secara optimum. Karenanya, MSDM juga
menjadi bagian dari Ilmu Manajemen (Management Science) yang mengacu
kepada fungsi manajemen dalam pelaksanaan proses-proses perencanaan,
pengorganisasian, staffing, memimpin dan mengendalikan.
Foulkes
(1975) memprediksi bahwa peran SDM dari waktu ke waktu akan semakin
strategis dengan ucapan berikut:For many years it has been said that capital is
the bottleneck for a developing industry. I don’t think this any longer
holds true. I think it’s the work force and the company’s inability to recruit
and maintain a good work force that does constitute the bottleneck for
production. … I think this will hold true even more in
the future.
Tidak
heran jika sekarang untuk SDM yang handal digunakan terminologi human
capital yang semakin santer kita dengar. Materi tentang human
capital akan disampaikan pada bab 2. Berkaitan dengan human
capital ini, seperti diketahui bahwa fungsi MSDM salah satunya berbicara
tentang masalah staffing dan personalia dalam organisasi, yang
mencakup analisis tugas/jabatan, rekrutmen dan seleksi calon tenaga kerja, orientasi,
pelatihan, pemberian imbalan, penilaian dan pengembangan SDM. Karena sebagian
atau seluruh tugas tentang penempatan personalia yang tepat untuk tugas yang
tepat, orientasi, pelatihan, pemberian imbalan, promosi, pendisiplinan serta
penilaian kerja untuk perbaikan kinerja merupakan tugas setiap manajer
maka scope MSDM mencakup seluruh tugas tentang SDM yang diemban oleh
setiap manajer. Dan aspek manajemen serta SDM demikian strategis dan demikian
luasnya, maka MSDM melibatkan banyak aspek, terutama dengan faktor-faktor
lingkungan internal organisasi (kekuatan dan kelemahan) serta lingkungan
eksternal (peluang dan ancaman). Sehingga tentang manajer masa kini dalam
rangka pengembangan SDM ini adalah merespon perubahan-perubahan eksternal agar
faktor-faktor lingkungan internal perusahaan menjadi kuat dan kompetitif.
Dessler
(2000) mendefinisikan Manajemen SDM strategis sebagai berikut: Strategic
Human Resource Management is the linking of Human Resource Management with
strategic role and objectives in order to improve business performance and
develop organizational cultures and foster innovation and flexibility.
Jelaslah
bahwa para manajer harus mengaitkan pelaksanaan MSDM dengan strategi organisasi
untuk meningkatkan kinerja, mengembangkan budaya korporasi yang mendukung
penerapan inovasi dan fleksibilitas.
Peran
strategis SDM dalam organisasi bisnis dapat dielaborasi dari segi teori sumber
daya, di mana fungsi perusahaan adalah mengerahkan seluruh sumber daya atau
kemampuan internal untuk menghadapi kepentingan pasar sebagai faktor eksternal
utama. Sumber daya sebagaimana disebutkan di atas, adalah SDM strategis yang
memberikan nilai tambah (added value) sebagai tolok ukur keberhasilan
bisnis. Kemampuan SDM ini merupakan competitive advantagedari perusahaan.
Dengan demikian, dari segi sumber daya, strategi bisnis adalah
mendapatkan added value yang maksimum yang dapat
mengoptimalkan competitive advantage. Adanya SDM expertise:
manajer strategis (strategic managers) dan SDM yang handal yang
menyumbang dalam menghasilkan added value tersebut
merupakan value added perusahaan. Value added adalah SDM
strategis yang menjadi bagian dari human capital perusahaan.
Berkaitan
dengan hal di atas, maka dalam rangka pengembangan SDM ini, manajer masa kini
dituntut untuk cepat menyesuaikan diri terhadap perubahan-perubahan lingkungan
yang berlangsung cepat. Perubahan ini disebabkan antara lain oleh:
Berbagai
kemajuan teknologi yang berlangsung sangat cepat pada 10-20 tahun terakhir,
terutama dalam telekomunikasi, penggabungan komputer dengan komunikasi, CAD,
CAM dan robotika.
Pengaruh
globalisasi: perusahaan manufaktur Amerika Serikat memanfaatkan buruh murah di
negara-negara berkembang, persaingan yang semakin mendunia, produksi manufaktur
multinasional (Toyota di AS, IBM di Jepang dsb.).
Pengaruh
deregulasi atau berkurangnya pengaturan harga, entry tariff dsb. oleh
pemerintah, proteksi dan monopoli yang semakin berkurang menyebabkan
munculnya berbagai perusahaan baru dalam bidang telekomunikasi, penerbangan,
bank yang beroperasi dengan biaya yang relatif lebih rendah (sangat
kompetitif).
Demografi
tenaga kerja global yang berubah, mengarah kepada workforce diversity,
diskriminasi tenaga kerja yang semakin longgar, bertambahnya tenaga usia tua
dan tenaga kerja wanita
Perubahan sistem
sosio-politik seperti Rusia yang menjadi kapitalis, RRT yang menjadi negara
industri, berdirinya asosiasi-asosiasi regional (EU, NAFTA, APEC dan lain-lain)
yang bertujuan antara lain untuk kerjasama ekonomi, liberalisasi dan deregulasi
perdagangan; reformasi di Indonesia yang meruntuhkan orde baru mestinya membawa
paradigma baru di dunia usaha.
Pergeseran-pergeseran
yang telah disebutkan di atas berdampak kepada semakin banyaknya pilihan bagi
konsumen; terjadinya mergers, joint-venture dan bahkan divestasi
dan menutup usaha; siklus hidup produk menjadi lebih pendek dan terjadi
fragmentasi pasar. Fenomena-fenomena tersebut menimbulkan ketidakpastian
sebagai tantangan terhadap tugas manajer. Menjawab tantangan ini, agar dapat
bersaing dan sustainable sesuai tuntutan perubahan, organisasi bisnis
harus responsif, cepat bereaksi dan cost-effective.
Organisasi
yang lebih datar (flat organization) kini menjadi norma baru. Organisasi
piramidal dengan 7 – 10 lapis kini mulai di”datar”kan menjadi hanya 3 – 4
lapis (AT&T dan GE dari 12 kini menjadi hanya 6 lapis atau kurang). Bentuk
piramidal kini bahkan dianggap kuno, tradisional, out of style, “rantai
komando” semakin tidak diikuti, tetapi tentunya dengan operating
procedures yang jelas. Ini juga menjadi pertimbangan bagi organisasi
perguruan tinggi. Jika kita benar mengacu kepada cost
effectiveness dan fungsi-fungsi line and staff
management yang efisien, apakah memang diperlukan adanya para pembantu
dekan jika sudah ada pembantu rektor, atau sebaliknya? Bukankah staff dan
line functions kedua management lines tersebut sama? Apakah
tidak terdapat redundancy yang berakibat pemborosan? Yang jelas kita
mengikuti pola ini karena kepatuhan kepada peraturan pemerintah yang memang
memerlukan debirokrasi. Kita tidak akan membahas masalah-masalah perlunya
debirokrasi dan pemborosan yang berlebihan di negara kita sekarang ini karena
untuk melakukannya mungkin diperlukan waktu bertahun-tahun, yang tentunya juga
kurang manfaatnya jika para penentu policy enggan mendengarkan
apalagi mau mengubahnya.
Perampingan
personalia (downsizing),), dan kecenderungan bekerja
dalam team yang lebih mendasarkan kerjanya kepada process, bukan
fungsi spesialisasi, semakin menonjol. Istilah pemberdayaan yang kini digunakan
dalam banyak aspek, juga merambah ke manajemen SDM. Pemberdayaan tenaga
kerja (employee empowerment) dilaksanakan terutama bagi front
line employees (seperti front desk clerks) untuk memberikan kepuasan
maksimum kepada pelanggan.
Berkaitan
dengan kiprah manajer mengantisipasi perubahan struktur organisasi bisnis,
Prof. Rosebeth Moss Kanter mengatakan: Position, title and authority are
no longer adequate tools for managers to rely on to get their jobs done.
Instead, success depends increasingly on tapping into sources of good idea, on
figuring out whose collaboration is needed to act on those ideas, and on
working with both to produce results.
Manajemen
sekarang telah banyak berubah dari keadaan 20-30 tahun lampau, di
mana human capital menggantikan mesin-mesin sebagai basis
keberhasilan kebanyakan perusahaan. Drucker (1998), pakar manajemen terkenal
bahkan mengemukakan bahwa tantangan bagi para manajer sekarang adalah tenaga
kerja kini cenderung tak dapat diatur seperti tenaga kerja generasi yang lalu.
Titik berat pekerjaan kini bergerak sangat cepat dari
tenaga manual dan clericalke knowledge-worker yang
menolak menerima perintah (“komando”) ala militer, cara yang diadopsi oleh
dunia bisnis 100 tahun yang lalu.
Kecenderungan
yang kini berlangsung adalah, angkatan kerja dituntut memiliki pengetahuan
baru (knowledge-intensive, high tech.- knowledgeable) , high tech.-
knowledgeable) yang sesuai dinamika perubahan yang tengah berlangsung.
Tenaga kerja di sektor jasa di negara maju (kini sekitar 70 persen) dari tahun
ke tahun semakin meningkat, dan tenaga paruh waktu (part-timer) juga
semakin meningkat. Pola yang berubah ini menuntut “pengetahuan” baru dan “cara
penanganan” (manajemen) yang baru. Human capital yang mengacu kepada
pengetahuan, pendidikan, latihan, keahlian, ekspertis tenaga kerja
perusahaan kini menjadi sangat penting, dibandingkan dengan waktu-waktu lampau.
Bank
teller, operator telepon, juru tik, semua kini menggunakan komputer sehingga
penguasaan atas komputer bukan lagi fakultatif atau alternatif tetapi mutlak
bagi angkatan kerja white collar sekarang ini.
Berlangsungnya progressglobalisasi dan teknologi di Indonesia juga tidak
ketinggalan. Perhatikan iklan-iklan sekarang, operator telepon, juru tik, semua
kini menggunakan komputer sehingga penguasaan atas komputer bukan lagi
fakultatif atau alternatif tetapi mutlak bagi angkatan kerja white
collar sekarang ini. Berlangsungnya progress globalisasi
dan teknologi di Indonesia juga tidak ketinggalan. Perhatikan iklan-iklan yang
membuka pelamar kerja untuk Information Technology Systems and Network
Security Consultants Systems and Network Security Consultants (yang
menguasai IT security productsseperti Firewall etc.); Enterprise
Solutions Risk Management Consultants (pengalaman dalam implementasi SAPreview/audit,
Oracle, project management); Banking Systems
Specialist, Telecommunications System Consultants (a.l. berpengalaman
dalam finance & accounting system, internet service provision,
E-Commerce, EDP audit etc.); E-Business consultants,
dan Integrated Customer Solutions Consultants.
SUMBER